Sekeras Tulang Gatotkaca (Iron Ore Exploration)

Disela-sela pekerjaan belakangan ini dapat telepon oleh kawan kuliah, pembicaraannya langsung tanpa basa-basi karena dari dahulupun begitu. Pembicaraan tentang eksplorasi mineral biji besi, sayapun berfikir tentang genesa dan lingkungannya secara otomatis sambil garuk-garuk kepala karena secara langsung belum pernah lakukan, akan tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan apalagi jika mengetahui tatanan geologi dan genesanya.  

Biji besi ini digunakan oleh industri sebagai produk besi atau campuran baja dalam kegunaan teknologi dan bangunan maupun fungsi lainnya. Permintaan ekspor dari China dan Amerika sangatlah besar, sebagai pengembang industri besi dan baja dengan pabrik smelter yang berkapasitas besar membuat permintaan dalam negeri masihlah sedikit (kebanyakan politisi membahasnya kita belum mampu mengolah? Hayo gimana mau maju kalau dicuci otaknya dengan perkataan tidak mampu!?) Ditambah beberapa pabrik di Indonesia menurut beberapa sumber berita, pabrik tersebut menggunakan besi bekas yang di olah kembali karena kemudahannya dan tidak terlalu merepotkan dalam pengambilannya (pengaruh birokrasi menyebabkan biaya menjadi mahal akibat pungli).  

Mencari biji besi pertama adalah menentukan sumbernya terlebih dahulu, yaitu menentukan genesanya. Diawali dengan mengingat kimianya yaitu Fe (besi), sumbernya berasal dari batuan beku, tapi beku yang mana? Asam kah, intermediet kah, atau basa kah, atau mungkin ultrabasa?  Coba di ingat dulu pembagian lempeng berdasarkan kimianya, Silika-alumunium berada pada lempeng benua. Silika-magnesium berada di lempeng samudera, sehingga berpengaruh terhadap berat jenis.

Besi (Fe) berasosiasi dengan Nikel (Ni) pada magma karena berat jenisnya dan terpikat pada kekuatan magnet (ingat Fe dan Ni banyak dipakai untuk industri berat, jadi berat pula massanya), berat jenis ini yang menyebabkan pemahaman adanya peluruhan atau turunnya besi di zona magma (berhubungan dengan asam-basa kan?kalau belum nyambung gapapa).

Dimana besi mempunyai nilai yang tinggi? Ketika di akumulasikan. Oleh apa? Hidrotermal dan rombakan (sedimen). Apa batuannya pada hidrotermal dan rombakan? Umumnya hidrotermal bisa oleh asam maupun basa atau ubahan, sedangkan rombakan bisa pada piroklastik atau pasir dan sejenisnya. Lalu bagimana lingkungannya? Kalau lingkungan bergantung jenis batuannya, bisa volkanik intrusi atau sungai hingga laut.  

Bagaimana menjelaskan tatanan geologi ekonomis bijih besi ini? Sederhana sekali caranya, besi (pada magma) yang menerobos batuan samping ke permukaan akibat patahan yang bergembira! akan merubah batuan samping tersebut. Ubahannya disebut alterasi dengan mineral alterasi adalah Silika, sedangkan penciri mineralnya adalah mineral bersuhu tinggi seperti tembaga, maupun timbal. Ambil saja contoh paling dekat adalah tembaga (Cu), apabila berasosiasi dengan besi menjadi Fe2CuS atau besi tembaga (model penamaan umum adalah kalkopirit hingga bornite). Fe ini akan menjadi pengayaan ketika teroksida oleh O2 (oksigen) bercampur air H2O di meteroic water (bahasanya disebut rata-rata air bawah tanah, terjemahan suka-suka). Sedangkan bagaimana nasib Sulfida tersebut? Sulfidanya akan terlepas ikatannya dan terkumpulkan dilokasi lain.

Maka ke-ekonomisan besi pada lingkungan volkanik ini akan bersifat magnetik (Fe3O4), karena magnetnya sendiri masih terikat baru setelahnya akan terurai magnetnya pada proses rombakan dan menjadi bijih besi Hematit (Fe2O3), dan Laterit hingga Siderit yang dominannya disukai karena murah biayanya (maklum hukum produksi, buat semurah-murahnya dan dijual semahal-mahalnya).
  
Bagaimana mencarinya? Mudah saja apabila terbiasa eksplorasi emas, karena pada lingkungan yang sama bukan!? Satu tipe pada hidrotermal sistem. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengontrol perusahaan dengan IUP eksplorasi/eksploitasi bijih besi yang mempunyai produk sampingan emas? Begitu menggiurkan hasil yang dicapai, walaupun kualitas kontrol tetap diketahui oleh pemerintah, tetap saja sulit apabila pabriknya ada di luar negeri. Belum lagi yang mengambil bijih besi dipesisir pantai atau laut relatif dangkal, kemudian dimasukan ke kapal tongkang yang tanpa perlu berlabuh atau di cek bea cukainya lebih repot (berprasangka baiknya "semoga" ga ada sogokan) langsung meluncur ke negara lain, maka hilanglah tidak berbekas produk bumi Indonesia. 
 
Tapi, belumlah selesai tanggung jawab eksplorasi, kawanpun juga belum bernafas lega walau kegiatan lapangan selesai (membayangkan aktifitasnya yang sedang santai ngopi langsung berhenti lalu segera kedepan laptop, ehehe). Dalam hal ini bukan menghitung sumberdaya atau bahkan cadangan, tetapi prospektus geologinya, maka kompositlah petanya, hitung luas perkiraan, lalu bagi zonanya berdasarkan anomali mineral dan mineral alterasinya. Taraaaa...maka geologi prospektus sebagai laporan awal peninjauan selesai dan bisa dibawa ke pemilik atau investor, tapi jangan lupa saran dan rekomendasi lanjutan eksplorasinya!  

Kalau masih bingung dan galau, jangan segan telepon atau email saya, insyaAllah kalau saya bisa saya bantu. Tapi jangan lupa sesuatu ya :)

Komentar