Kawan Lama Yang Bermanfaat (Magma and Global Tectonics)

Proses berkelanjutan dari global tektonik terhadap hubungan magmatisme terkini menceritakan fluktuasi tajam baik bergerak naik terhadap temperatur dan nilai Ph maupun bergerak turun terhadap suhu permukaan yang dikontrol oleh oksigen, hidrogen dan karbon. Tatanan tektonikpun mempengaruhi kondisi magmatisme yang memberikan manfaat luarbiasa, terutama nusantara yang kompleks.  

Maksudnya tetaplah Ph dan temperatur atau yang ngetopnya disebut P (pressure/tekanan) dan T (temperatur/suhu) yang mengkondisikan magma tersebut tersusun. Dimana Ph atau tingkat asam-basa suatu silika pijar yang bergerak karena suhu serta peranan dorongan dari pijar yang lebih tinggi, yang memegang salah satu peranan utama dalam "redominasi" geokimia susunan magma tersebut.  

Studi petrogenetika dari batuan beku dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, karakteristik ini jika dibandingkan pada kondisi masyarakat yaitu seperti turunan orangtuanya, selain itu tempat bergaulnya, dan yang paling canggih adalah proses dari perkembangannya yang melewati fase anak-anak, remaja, dewasa hingga tuanya terhadap lingkungan masing-masing fase.

Karakteristik yang pertama adalah turunan, atau secara bahasa ilmiahnya source region of the magma (pengartian bebas disebut asal muasalnya magma). Asalnya magma sangat berkaitan dengan lingkungan tektonik, contoh sederhana pada batuan ultra basa-basa (peridotit-basalt), peran tektonik yang berpengaruh adalah dinamika lempeng samudera yang kadang terdorong kepermukaan atau disebut obduksi atau terobosan yang sifatnya lelehan pada lapisan dalam yang cakupannya sangat luas yang menunjukan sifat basanya. Hal tersebut jika dibandingkan dengan batuan asam-intermedit mempunyai sedikit perbedaan, dimana lempeng benua merupakan tempat pembatuan dominan atau terobosan dominan yang memperlihat sifat kimiawinya yang didominasi oleh silika sebagai induknya.  

Ciri karakter kedua yaitu kondisi pembagian peleburan, peleburan yang mudah dilihat dibagian mantel luar. Secara sederhana pembagian lapisan bumi menjabarkan 4 lapisan dengan jarak kedalaman >6000 km, sedangkan mantel atas pada zona kedalaman 670 km yang semua kejadian geologi terjadi dipermukaan bumi seperti pembentukan pegunungan, formasi cekungan laut, hingga perubahan dari sedimentasi. Peleburan parsial atau dikenal sebagai partial melting, mencirikan hal utama yaitu sifat kimia.. Kondisi kimia mencirikan pada mantel bagian mana yang dileburkan, jika mantel atas yang bersifat basaltik dileburkan akan mencirikan pembagian seperti olivin terleburkan lebih dibandingkan grup piroksen itu sendiri pada kondisi normal (cmiiw).  

Karakter magma yang ketiga yaitu proses dari perkembangannya yang melewati fase anak-anak, remaja, dewasa hingga tuanya terhadap lingkungan masing-masing fase. Jika dimudahkan pengertiannya (mengingat ribet juga memahaminya), yaitu perubahan magma selama masa transportasi dan penyimpanan di perut magma (kantong volkanik). Disini peran fisik atau pengkritalan mulai terlihat, bergerak naiknya magma dari kedalaman >100 km menuju kedalaman sekitar 50 km di tatanan tektonik yang berbeda akan mendinginkan dan mengkristalkan magma tersebut, maka pemisahan mineral bersifat basa dengan berat jenis tinggi dengan mineral bersifat asam semakin jelas dan kuat. Dalam hal ini pembacaan bowen series memudahkan penjabaran dari peleburan magma dan pengkristalan magma tersebut.  

Lalu bagaimana menghubungkan karakteristik magma terhadap tektoniknya? Jika masih ingat pembagian pada lempeng itu dapat memudahkan penjabarannya. Yang dimaksud zona lempengnya yaitu konstruktif lempeng, destruktif lempeng dan pada zona lempeng itu sendiri, barulah dibagi posisinya. Dari pembagian tersebut dapat dihayalkan model petrogenetik magma yang berperan dalam per-zona tersebut, ditata dahulu struktur pada masing zona kemudian posisinya, diberikan kimiawi magma yang dominan, bentuk dan karakter diatas, barulah menjadi kompleks magmatik yang sesuai.  

Sepertinya mudah jika dibicarakan, belum tentu mudah untuk diaplikasikan terutama jika tidak mengetahui zona lempeng tersebut. Kembali pada dorongan saja untuk membaca dan mengklasifikasikan petrogenesisnya, dan mencari manfaatnya dan mencoba aplikasi ekonomis geologi yang membantu pendekatan eksplorasi. Setelah mepelajari secara bertahap sangat dibutuhkan kemampuan lapangan berupa observasi awal (literatur), pemetaan dan sampel yang baik, petrografi (merasa gak mumpuni disini, butuh ahlinya yang mendeteksi), jika mempunyai modal atau pendanaan dapat ditambahkan elemen lain dan radiogenik serta geokimianya, bahkan jika modalnya ditambah oleh investor lebih baik lagi melakukan dating isotop dikarenakan kebutuhan pengetahuan umur batuan tersebut.  

Bukan bermaksud untuk menjadi peneliti yang handal atau lupa pada kondisi negara yang dukungannya kurang pada peneliti ilmiah. Dari sini pendekatan geokimia dan asal usul magma akan sangat membantu mendapatkan mineral ekonomis yang membantu pekerjaan geologi lebih baik dibandingkan hanya mengikuti kemauan pemilik atau investor akan tuntutan pekerjaan, hingga menjadikan tingkat kepercayaan diri untuk memahami tanah nusantara sebagai potensial yang sangat besar baik agroekonomi maupun geoekonominya, sehingga bukan jajahan lagi dan hanya sekedar bekerja kepada mereka yang mempunyai modal.

Komentar