Indonesia Tinggal Landas 2015

Menarik sekali debat capres dan cawapres 2014 yang sedang berlangsung hingga putaran keempat kemarin, pembicaraan mengenai ekonomi, ketahanan dan pertahanan serta inovasi dan teknologi bagi bangsa kita. Saya tidak berkampanye maupun menunjukan siapa yang lebih paham dan siapa tidak mengerti urusan dalam negeri maupun luar negeri, tetapi berniat membahas materi debat itu sendiri.
Mengapa jadi menarik? Apa sebabnya materi ini muncul kepermukaan? Serta bagaimana menyikapinya bagi diri sendiri? Terakhir, apa peranan kita (anda dan saya)?

Ruang lingkup yang saya sampaikan ini sedikit berhubungan dengan konteks geologi, hal itu dikarenakan pembahasan yang saya kuasai (tentu saja). Pertanyaan diatas sederhana dan tidak menjelimet tentunya, menjawabnya pun tidak perlu berkerut kening dan berkeringat jagung pula. Kesusahan yang berikutnya apakah kita mau berperan? Dan kapan akan berperan? Serta bagaimana kita berperan?

"Ini kok dah ada pertanyaan, ditambah jawaban dengan pertanyaan pula?" 
Ujung-ujungnya dari materi yang diajukan dalam materi debat capres-cawapres berujung kepada sumber daya manusia, bukan sumber daya alam maupun sumber daya pokok (ada ga ya sumber daya pokok?).

Saya membahas keterkaitan topik debat yang saling terikat. Kemapanan ekonomi terhadap yang meningkatkan ketahanan dan pertahanan bangsa terhadap inovasi dan teknologi yang terbarukan, yaitu sumber daya manusianya itu sendiri (artinya kita lhooo).

"Memang di negara maju maupun yang termasuk memiliki sumber daya alam, adalah sumber daya manusia yang terampil dan terbarukan itulah yang selalu diandalkan" Prof. Dipl-Ing. BJ Habibie.

Menjadi menarik dan munculnya kepermukaan karena ini isu global yang sesungguhnya, bukan sekedar isu rumah kaca saja. Kebutuhan Indonesia akan peningkatan ekonomi berbasis industri nasional hingga internasional sangat besar, bahkan dibutuhkan lebih kuat lagi agar berkembang.

World Economic Forum (WEF) tahun 2012 mencatat dari 114 negara, indeks daya saing Indonesia diperikat 46 bahkan tahun 2011 diperingkat 50. Penilaian ini salah satunya berdasarkan lemahnya daya saing serta minimnya inovasi teknologi dan teknologi siap pakai.

Sedangkan berdasarkan Intelectual Property Organization (WIPO) tahun "tidak tercatat" indeks inovasi global, Indonesia menduduki peringkat 100 dari dari 141 negara, bahkan sebelumnya peringkat 99 dari 125 negara. Berarti inovasi di Indonesia berkisar 0.7% atau hanya sekitar 70 juta penduduk yang berinovasi dan mengembangkan teknologi.

Bagaimana kita menyikapinya? Peran kita sangat diperlukan semata-mata bukan karena ingin meningkatkan nilai atau peringkat Indonesia, tetapi untuk memperbaiki taraf hidup kita dan umat manusia yang berada dilingkungan kita. Jadi dibutuhkan kesadaran dan keinginan untuk berinovasi dalam teknologi tepat guna dan terbarukan, bukankah begitu?

Bagaimana kita berperan? Inovasi teknologi yang tepat guna dan terbarukan, harus dari masing-masing lingkungan atau dari pemahaman kita. Jika berilmu atas dasar pertanian, mungkin bibit/benih unggul (ini pasti sudah berjalan di universitas dan lembaga pemerintahan). Atau dari sisi geologi, dapat dipertimbangkan teknologi pemanfaatan dan metode sumber daya alam terbarukan seperti panas bumi, pengembangan gas alam maupun air bawah permukaan.

Jika bukan kita yang peduli dan memulai maka sampai kapan kita bermanfaat bagi orang lain? Karena tantangan berikutnya adalah bahan makanan (masih impor), sumber energi (ketergantungan bbm, padahal kaya akan geotermal dan air), serta air bersih (air gak cuma dijakarta aja yang rutin tahunan).

Sekedar berpendapat dan berbagi disela kerja dan membaca buku "habibie dan ainun". Cayo Nusantara!

Komentar