Bahan Bakar Minyak dan Gas (Edisi Penentuan 2014-2015)

Bismillah....

Seharusnya itu dahulu yang dimulai sebelum menentukan bagaimana BBM akan dirumuskan dan ditentukan, apakah lepas subsidi atau bertahannya subsidi? Saya tidak tertarik dengan tindakan apakah ini populis atau tidak dalam pemerintahan yang akan selesai maupun yang akan datang insyaAllah.

Tadi pagi saya tidak merasakan efek kelangkaan atas subsidi premium dibeberapa tempat atas 5% - 20% berupa pemotongan jatah subsidi BBM. Mungkin dibeberapa tempat terjadi kelangkaan dan berefek pada antrian, sebagian tempat tidak terjadi. Tapi saya berusaha befikir sejenak dan mencari data dan argumen atas BBM bersubsidi ini, sedangkan dibutuhkan penilaian lebih dimana saya tidak mumpuni menghitung angkanya yang berhubungan dengan argumentasi rupiah. Saya menilai dari bagaimana BBM apabila naik, efeknya, penggantian uang subsidi dan bagaimana jika tidak dihilangkan subsidinya?

Dari Awal
Coba dilihat dari bagaimana BBM apabila naik, ini terjadi akan menyebabkan rentetan urusan yang sangat panjang. Hal pertama yang terjadi apabila keputusan ini tidak dilakukan melalui bicara didepan umum oleh presiden mendatang, ketika pertama kali terpilih. Kenapa bukan pak SBY yang bicara? karena beliau berusaha menyelamatkan pengelolaan keuangan yang sudah diprogramkan semenjak naik menjadi presiden 2004.

Bukan bicara ketika sidang MPR/DPR sewaktu dilantik, tetapi beliau mengadakan pidato didepan masyarakat setelah pelantikan dan berbicara permasalahan BBM. Karena apabila harga BBM dinaikan maka efek picu terhadap permasalahan ini adalah inflasi semua sektor, terutama dapur. Jika dapur naik dan berujung pada permasalahan ibu-ibu, bisa saja berefek kejalan dan mengancam kelangsungan pemerintahan baru. Angka subsidi BBM yang mencapai Rp 363,53 triliun itu angka yang luar biasa dan mampu menghidupi rakyat Indonesia, maka tidak heran jika terjadi dengan subsidi yang bertahan, maka  anggaran belanja negara pemerintahan periode berikutnya akan kelimpungan dan bisa berhutang.

Atas Dasar
Efeknya sangat-sangat-sangatlah panjang, dan bisa mencekam jika presiden berikutnya tidak meminta dan mencontohkan dengan amat sangat kepada rakyat Indonesia agar mengencangkan ikat pinggangnya untuk BBM dan efeknya.

Pada saat itu juga mungkin pemerintah selanjutnya memberanikan diri untuk merenegosiasikan sumur-sumur minyak dan gas agar kita bisa memperlebar pendapatan negara, karena semua kekayaan alam adalah milik negara, dan negara dikelola pemerintah yang dimilki rakyat bukan? Tanpa melupakan teknologi yang berkembang agar menghidupkan energi terbarukan seperti air, panas bumi, daur ulang BBM biofuel dst. Sehingga SDM kita bisa berkembang dan memperluas tenaga kerja dna usaha (Berharap Nyata). Terutama keputusan pemerintah yang berani dan tegas mengenai pengelolaan industri kecil ataupun besar mengenai biofuel sebagai energi masa depan Nusantara, agar adanya dasar dan kepastian hukum bagi pengusaha tersebut.

Semungkinnya
Saya tidak mendukung pak Jokowi dalam pemilu, bahkan sudah saya cari dasar argumentasi saya mengenai beliau. Atas dasar tersebut tentunya saya kaget dan heran atas pendapatnya mengenai BBM tersebut, walau dari awal saya berpendapat sebaiknya BBM subsidi dihilangkan dari Nusantara agar kita siap sakit dan bergerak kedepan agar sehat. Dengan anggaran subsidi BBM yang dikurangi secara bertahap atas perhitungan rekayasa ekonomi yang paling bijak dari pemerintah, agar pengelolaan sumberdaya migas bisa kita re-evaluasi dan pengolahan minyak akhirnya kita kelola sendiri dan mengurangi penjualan migas keluar negeri.

Jika Tidak, Maka!?
Anggaran pemerintah membengkak dan bisa berhutang (IMF), dan tiba-tiba demo permasalahan utang negara dan tidak reaktifnya belanja negara dalam periode berikutnya.
Pemerintah tidak akan mampu kreatif terhadap sumberdaya terbarukan dan mengelola sumberdaya fosil dengan evaluasinya.
Kita akan sangat lama mandiri atas kekayaan sumber daya alam kita terutama migas. Terutama dalam persaingan 2015 yang sangat cepat dan terbuka.

Tulisan ini hanya pendapat pribadi semata, tidak ditujukan untuk politik dan ketokohan seseorang yang bisa pro maupun kontra. Semoga pemimpin yang baru bisa menunjukan ikat pinggangnya jika memilih stop subsidi, dan jika tidak memilih stop subsidi semoga tidak dalam kondisi pailit dan meminjam uang kepada World Bank dan IMF....


Komentar