Tambang Rakyat Tambang Menyejahterakan (Batuan)

Beberapa minggu yang lalu disebuah warung kopi ternama, ada obrolan yang rileks namun cukup serius untuk sekedar obrolan yang menjurus kepada kesempatan tambang. Pembicaraan yang seperti penulisan standar dimana dimulainya dengan pembukaan atau pengenalan karakter yang kemudian menjurus kepada klimaks dan berakhir dengan anti klimaks. Seperti pelajaran bahasa Indonesia saja, sewaktu dibangku sekolah.

Apa yang dibicarakan sehingga tampak seru tersebut? Ini seperti pembicaraan umum mengenai tambang, kelayakan dan kesempatannya. Tambang batuan atau lebih dikenal sebagai galian C, tambang yang berefek langsung pada pembangunan lokal maupun skala internasional. Terkesan tidak wah dan bernilai, akan tetapi jika dilihat dari berbagai aspek dan fungsinya maka seorang pak Haji atau bu Haji akan merelakan uang hasil kebun/sawah atau ternaknya. Tentunya ada alasan tertentu kenapa Haji yang dijadikan modelnya, karena seperti diketahui secara umum, Haji berdasarkan modal usahanya kemungkinan mempunyai simpanan bernilai kurang lebih 1 M.

Kegiatan Eksplorasi, Jawa Barat 2007
Jika memiliki modal tersebut dan memiliki bakal calon lahan pengembangan galian C, tentunya lebih mudah untuk mengelola dan menproduksinya. Sedangkan galian C bisa berupa andesit, gamping, batupasir, pasir besi, pasir zeolit, pasir kuarsa, kaolin, granit, dst. Tidak menutup kemungkinan lahan tersebut, diluar kota-kota besar memiliki potensi yang sangat besar. Potensi yang kita sebut dengan pembangunan infrastruktur dan penghubung, dimana peranannya dibutuhkan manusia sebagai perumahan, pasar, kantor, rumah sakit, pemerintahan dan keamanan, jalanan, jembatan, bendungan, tempat bermain, dst.

Sehingga galian C tidak bisa dianggap sebelah mata, kebutuhan yang sangat besar dan bernilai walaupun bukan emas dan permata. Jika Haji tersebut sudah memiliki lahan dan izin produksi tersebut, mengingat kegiatan eksplorasi galian C terbilang sangat mudah dan murah. Maka ongkos diawal kurang lebih 1M baik pembebasan lahan, perizinan, eksplorasi, biaya peralatan (umumnya biayanya bertambah), maka kelayakan tambang dan tersebut akan berkali-kali lipat kembalinya modal usaha dan masa/jangka waktu hidup tambangnya.

Jika harga jual umumnya untuk split saja mencapai 150.000 m2, dan modal operasional mencapai 70 - 80.000, maka keuntungan usahanya sekitar 50%. Dimana itu belum terhitung ongkos kirim yang dibebankan kepada pembeli, sehingga keuntungan dinilai cukup besar. Letak keuntungan terbesarnya ada pada jumlah tonnase batu tersebut, jika sudah terhitung ketika eksplorasi dengan masa jenis batuan tersebut bisa diperkirakan umur tambangnya juga. Umur tambang bisa diperkirakan tahunan atau puluhan tahun, bergantung kepada kuantitasnya.

Dengan produksi yang mudah dan murah, tentunya dengan perencanaan yang efektif dan efisien. Dapat ditentukan bagaimana zona penambangannya berdasarkan kualitas dan bagaimana pemasarannya yang diinginkan. Apabila dengan andesit saja sebagai contoh, tentunya bisa dilakukan banyak produk yang bisa dihasilkan. Seperti batu alam, split berbagai ukuran, produk kreatif seperti ukiran dan kerajinan tangan.
 
Alur Kegiatan Tambang, Rully 2014
Akan tetapi wajib diperhatikan bagi geologist yang melakukan eksplorasi dan kelayakan tambangnya, bahwa faktor dan efek lingkungan harus diperhitungkan dan diperhatikan. Jangan mengabaikan dan menutup mata bahwa semua jenis batuan merupakan zona resapan dan distribusi air, dengan mengabaikan hal ini bisa mempengaruhi kondisi lingkungan dan hajat orang lain. Banjir, kekeringan, tidak ada kehidupan flora dan fauna, bisa menyebabkan manusia pada daerah tersebut terhenti aktifitasnya. Bagaimana memperhatikan kelayakan dan kemampuan tambang yang baik dan tepat adalah dengan memperhatikan dan menggunakan hukum hidrogeologi.

Apalah artinya uang yang banyak dan sumbangan kepada warga, jika ternyata lingkungannya rusak dan berimbas kepada kekeringan atau banjir bertahun-tahun?

Komentar