Pompangeo Bukan Pompeii, Palu-Sulawesi Tengah

Pagi dipinggiran teluk yang sejauh mata memandang hanya hamparan batuan berukuran kerakal berwarna-warni disepanjang pantai dan pandangan terus tembus kelautan lepas arah samudera diselat Sulawesi yang terkenal penuh cebakan minyak bumi. Sedangkan aneka rekaman jejak gempa selama 80 tahun dari tahun 1927, 1938 (7,6 SR), 1968 (6 SR), 1995, 196, 2005 (6,2 SR) dan 2009 (5, SR) meperlihatkan bahwa daerah ini aktif diguncang gempa, hingga menyebabkan banyaknya korban jiwa dan kerugian harta benda, teluk ini menyimpan kekuatannya.

Pantai di Palu Utara, dengan sebaran kerakal - kerikil batuan berumur kapur (Pompangeo)
Palu
Faktor pendukung utama Kab. Palu adalah sektor kelautan semenjak kerajaan sebelumnya, dan kini Palu harus berjibaku dengan kekuatan yang disebut dengan kebutuhan papan (infrastruktur). Dengan tersebarnya kepemilikan atas lahan quarry dari sungai dan bongkahan, kebutuhan dari pulau besar yang menyimpan batubara dan pulau besar yang menyimpan emas serta pulau-pulau kecil diarah timur membutuhkan sumberdaya ini untuk kegunaan dalam infrastruktur dan pembangunan, Palu harus berbagi kekayaannya.

Sangat dibutuhkan kebijaksanaan pemimpin di kota yang semakin berkembang ini untuk mengejar dan meningkatkan kualitas hidup warganya baik dengan sumberdaya alam maupun sumberdaya industri tetapi tidak melupakan kearifan lingkungan agar terjaga keseimbangan hidup. Padatnya komoditi sumberdaya industri ini didapatkan dari tubuh komplek batuan besar yang dikenal sebagai Pompangeo bukan sebagai Pompeii karena dia tidak mengeluarkan api, tapi melipatkan batuan yang sangat besar.

Pompangeo
Saya sebelumnya sudah pernah melihat susunan batuan seperti ini dibagian tenggara Sulawesi, yaitu Bombana. Bombana itu, merupakan zona metamorfik juga yang sudah pernah saya tulis, silahkan dklik disini untuk membaca kembali. Tetapi harus dipisahkan kondisi susunannya, dimana kompleksitas yang berbeda dari dua daerah ini ketika disebandingkan, butuh data-data yang akurat.

Pomangeo di Palu juga sama, tetapi jangan salah mengabaikan. Pompangeo Bombana memiliki faktor pengangkatan dibagian tengah, sehingga pembagian zona umumnya di meso-epizonal (Gebre-Mariam et.al., 1995), berbeda dengan Palu yang kemungkinan besar berada di posisi ujung patahan orogenic yang mungkin didomisili hipo-mesozonal.  Sehingga dapat ditemukannya sekis biru (ampibol) dan beberapa gneiss (sayangnya belum saya dapatkan).

Patahan ini yang dikenal sebagai orogenic didalamnya mempunyai patahan minor yang juga diketahui namanya sebagai milonit, patahan yang melipatkan dan membentuk sesar dan lipatan minor hingga mikro. Bagi saya penemuan lipatan dan patahan ini begitu menggairahkan, rasanya berjumpa air dipadang pasir yang tandus.

Lipatan dan sesar (pergeseran batuan) berukuran kecil ini mengundang kesejukan bagi mata, bercerita mengenai nasibnya lempung (filit) dan pasir sangat halus yang didorong oleh lempeng dari arah australia-eurasia bertenaga besar pada kala Kapur (Cretaceous), mematahkan berarah relatif utara-baratlaut dan mengangkat Donggala serta Palu hingga Toli-Toli dan menekan kumpulan kuarsa hingga menjadi kuarsit. Maka menurut saya wajar jika Palu salah satu pusat perdagangan tertua, karena mereka menduduki salah satu susunan batuan berumur tua.

Kini sumberdaya alam yang bisa diraih pada pompangeo untuk manfaat seperti emas (proses orogenic), pecahan batuan hingga pasir, pasir kuarsit, intrusi yang bisa digunakan sebagai agregat. Tinggal manusia bijak dan bertanggung jawab dalam mengelolanya.

Pompeii
Dengan gunungapi Vesuvius yang merupakan batuan produk gunungapi, dari basalt hingga asam berulang-ulang hingga kini. Dia bisa meledak dan mengeluarkan semua isi hatinya yang akhirnya membeku disekitarnya dan mengendapkan dilepasan pantai hingga kelautan yang dalam untuk berotasi lagi kepermukaan. Ledakannya yang terjadi pada 79 Masehi, yang menimbun kota Pompeii selama 16 abad. Letusan yang menunjukan G. Vesuvius bertipe stratovolkano.

G. Pompeii
Pompeii menyimpan potensi besar seperti produk mineral disudut terobosannya, juga bermanfaat untuk kebutuhan infrastruktur bagi warganya.


G. Vesuvius
Pompangeo bukan Pompeii
Ternyata memang beda, beda isi dan beda pengaruh. Tetapi dua-duanya bisa mengancam umat manusia, dengan segenap kelembutan masing-masing tentu kewaspadaan diperlukan.

Pompangeo menyimpan kekuatan untuk menggoyang permukaan bumi dan meratakan tanah disekitarnya, sedangkan Pompeii mampu meratakan sekitarnya dengan magmatik dan membakar bumi dan memberhanguskan kota Pompeii. Pompangeo mengangkat permukaan hingga terbentuk kota Palu, sedangkan Pompeii ditutupi oleh G. Vesuvius.


Pompangeo bukan Pompeii, beda cerita beda makna.

Komentar