Hamparan Bumi dan Gunung-Gunung Sebagai Pasak (Plate and Volcanic System)

Sungguh nikmat dan syukur tiada terkira atas nikmatnya tidur tadi malam diatas kasur yang empuk atau tidur dialas koran sekalipun jika kita tahu dan sadar bahwa terjaganya tubuh dan nyawa ketika bangun dipagi hari.  
Apa hubungan tidur dengan hamparan bumi? Hamparan bumi yang dimaksud adalah lempeng, lempeng samudra dan benua. Lempeng samudra yang bertemu dengan benua akan mengalami tumbukan yang dahsyat, tumbukannya pun terbagi dalam berbagai tipe baik itu penunjaman maupun pengangkatan. 

Indonesia yang didominasi oleh penunjaman dibusur dimukanya, penunjaman lempeng samudra ke bawah lempeng benua akibat berat jenis dan gravitasi dan dorongan pematang tengah samudra membuat lempeng benua terangkat dan titik pertemuan lempeng tersebut tertarik dan ikut tertunjam ke bawah.   

Sebelumnya dijelaskan lebih dahulu tertariknya lempeng benua ke bawah, jika digambarkan seperti telapak tangan yang mengepal kemudian ditarik secara terus menerus hingga mematahkan punggung tangan (suture) akibat retasnya sehingga jika ditiadakan kunci atau pengikat antara rekahan tersebut, maka akan mengakibatkan gempa-gempa yang dahsyat, longsor yang lebih besar lagi diakibatkan grabben setelah horst dibagian tengah (volkanik eruption).  

Disinilah peranan gunung-gunung yang memanjang searah penunjaman di hampir seluruh pulau Indonesia, sebagai pengikat atau paku/pasak dibumi (lempeng benua dan samudra).  

Dalam surah Al-Naba ayat 6-7, Allah SWT berfirman, “Bukankah telah Kami jadikan bumi sebagai hamparan. Dan Kami jadikan gunung-gunung sebagai pasak?”  

Penjelasan detail mengenai tektonik Indonesia oleh Robert Hall tahun 1996 (bagi yang telah membaca) pasti memahami bagaimana bentuk tubuh sang "naga" dan sertaannya (sebaran gunungapi) sebagai jalur pasak dan  pengikat hamparan benua dan antishock yang canggih, hal ini dapatlah diketahui apabila melihat tubuh basaltik di basemen benua yang bertemu terobosan pasak dan mengunci rekahan-rekahan.  

Rekahan basaltik (Mg-Fe) yang bersusun keatas bertemu alkali (Al-Fe), hingga kepermukaan yang bersisa oksidasi (Fe-Mn), terlihat bersusun secara megaskopik. Apabila susunan ini diterobos oleh siklus magma dari diorit-dasit-ryolit, akan bernilai ekonomis karena masing-masing tubuh batuan yang dilaluinya akan diuraikan komposisi kimia dan dibawa keatas bersamaan silika. Apa saja yang dibawanya?bisa sulfida, besi, sulfur, mangan, emas bahkan carbon (seperti arang yang membatu dan menjadi intan yang belum diasah, (kimberlite). 

Sulfida walaupun sedikit akan menjadi kantong-kantong Pb, Zn terkadang yang jarang terkumpul adalah Ni, besi yang terkumulasi oksidanya dipermukaan, atau semburan solfatara menjadi sulfur yang kaya (kadang ikut serta juga emas dan perak didalamnya.  

Setelah "bayangan" diatas maka tidur yang beralaskan koran akan terasa "mewah" karena langsung menindih emas dibawahnya, tidur diatas paku/pasak yang bernilai mahal mengalahkan yang tertidur di ranjang terbuat dari emas, karena dia tidak perlu modal untuk membelinya. 

Apabila seperti itu presepsinya, apakah masih bisa nyenyak tidurnya? Ataukah masih khawatir paku tersebut tiba-tiba tidak bisa menyumbat siklus cairan dibawahnya sehingga memuntahkan cairan hingga debu secara bersama-sama (kiamat)?

Komentar