Terstruktur, Masif, Sistematis

Wacana terstruktur, masif, dan sistematis (TMS) keluar dari salah satu mantan capres 2014 yang lalu. Dengan pokok bahannya adalah kecurangan yang sangat teroganisir oleh pihak lain, sehingga kekalahan menimpa beliau. Sayang sekali bukan jika kata-kata (kalimat) yang baik tersebut akhirnya dikonotasikan menjadi hal yang negatif, belakanganpun digunakan untuk kasus KPK dan PolRI. Sungguh naas TSM itu.

Kalau saya lebih suka membawa kalimat TMS menjadi lebih membosankan buat sebagian orang dan menyenangkan untuk segelintir penghuni bumi. Terstruktur  secara geologi, masif secara geologi, dan tentu saja sistematis secara geologi pula.

Secara geologi semua pokok bahasan selalu saya berkaitan dengan TMS itu, baik dalam skala dunia hingga skala dusun. Menceritakan ketidakjelasan kondisi TMS agar menjadi jelas diperlukan pendekatan secara faktual, kemudian teranalisis dengan penjabaran sintetis-antitesis.

Masuk kedalam bahasan terstruktur, yang konon kabarnya dikenal sebagai kondisi yang tidak mulus yang tidak akan selalu mulus. Terstruktur  tersebut dapat dipisahkan atas susunan litologi maupun struktur batuannya, sebaran mineral maupun keterdapatannya yang merupakan tantangan bagi seorang geologist.  Bicara soal struktur geologi saja, baik kondisi tegangan maupun renggangan. Perubahan fisik morfologi maupun fisiologi permukaan maupun batuannya yang dapat mempersulit analisa secara hipotesis atau juga empiris. Sehingga kontrol struktur suatu daerah sangat berperan untuk menentukan potensinya dan bahayanya yang.

So..terstruktur ternyata tidak sekejam yang diasumsikan waktu yang lalu, alangkah amboi manfaat yang bisa didapat dari kata-kata manfaat dengan jalinan kalimat yang bisa membantu urusan kita.

Bagaimana dengan sistematis? Secara konsep geologi, diperlukan jalinan yang sangat sistematis. Jalinan konsep yang dibutuhkan oleh uraian struktur secara geologi, berupa pendekatan yang sistematis. Bisa melalui olahan data dari hulu ke arah hilir, mampu menggulirkan pesan analisa yang tajam, nyata dan harus berkesinambungan. 

Kita bisa mengambil manfaat dari metode sistematis dari data dan analisa terdahulu, menambahkan dengan untaian goresan analisa citra (rupa bumi), memetakan secara baik dan sistematis suatu daerah, mendekati sari bumi dengan pendekatan ilmu fisika, mengintip melalui lubang-lubang bumi yang diterobos, hingga kita bisa berkata semoga ini hasilnya yang kami yakini.

So..ternyata sistematis merupakan metode yang mendalam. Bergerak dari ujung tanpa rimbanya menuju cabang jalan yang terang benderang, sesistematis itu pula ilmu menjadi manfaat bagi yang mengamalkannya.

Lalu yang terakhir adalah masif, dengan guratan struktur bumi kemudian disajikan perlahan dengan ilmu. Harusnya manfaat yang diperoleh tidak hanya kesejahteraan semata, tetapi juga mengenai apa yang didapat dari pengelolaan lingkungan, maupun berusaha mengenali bencananya. Sungguh masif bukan jika dititikan pada satu hal saja seperti bencana alam seperti longsor, gempa, letusan gunungapi, tsunami.  Bahkan dapat juga bertutur kata pada kebutuhan air, udara, terumbu karang, maupun wisata yang bisa dinikmati hingga anak-cucu.

So..bagaimana mungkin manfaat yang masif bisa dikatakan buruk hanya karena kalimat yang salah pengertian.

Biarlah kata demi kata, susunan berirama dari kalimat menjadi target positif yang bisa kita dapat. Tidak mudah tergoda akan kalimat pemicu oleh sekumpulan manusia yang memancing dengan barisan judul berita mencolok mata dan menyakitkan siapapun yang dibahas. Mengganti inti sari berita yang beredar dengan pencuri sugesti positif, karena sesuatu yang negatif hanya lemah kepada yang positif.

*mencermati judul-judul berita di jaringan media, memicu efek negatif disemua orang. Jika ingin berpendapat dari berita yang anda, mohon lakukan studi banding dan keluarkan opini sehat dan memicu jantung berdenyut lembut

Komentar