Pekerjaan Geologi

Selagi diperusahaan lain, saya sempat melakukan perjalanan keliling Pulau Jawa, dari barat hingga ketimur atau bisa juga dari selatan ke utara. Perjalanan ke Lebak dan Serang hingga ke Surabaya dan Malang. Siapa saja yang pernah keliling di pulau-pulau Indonesia baik yang infrastrukturnya cukup baik, hingga daerah yang sinyalpun enggan masuk kesana, tentu saja akan mengatakan bahwa alam Indonesia di zona Khatulistiwa merupakan bentang alam yang mempesona. Layak untuk dinikmati, dan layak direkomendasikan untuk wisata.

Tempat-tempat yang menarik baik itu gunung dan bukit, hingga lembah dan lautan sekalipun. Nusantara memiliki keelokan tersendiri. Kali ini saya menceritakan dengan beberapa dokumentasi perjalanan keliling Pulau Jawa. Maka mohon kencangkan sabuk pengaman, pakai kacamata hitam, keluarkan kamera dan selamat menikmati.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagai catatan, perjalanan ini tidak semua terdokumentasikan. Perjalanan juga terbagi waktunya dikarenakan perencanaan pekerjaan. Cerita disesuaikan dengan foto dan cerita yang ada.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perjalanan pertama dimulai ketika hendak melihat area dilokasi Cianjur dan Bandung. Targetnya adalah meninjau kelayakan prospek tambang quarry di kedua tempat tersebut. Jalur yang dilalui adalah Jakarta-Ciawi-Puncak-Bandung. Dengan menggunakan kendaraan roda empat yang umum dimiliki umat Indonesia (tidak usah sebut merek dan tipenya lah) kamipun menuju ke lintas Jakarta-Bogor untuk menaruh sampel geokimia di Intertek. Setelah itu dengan gairah yang ada, kendaraan melaju santai kearah Puncak-Bogor. Tentu saja sampai disana waktu yang tepat untuk makan siang dengan kondisi Puncak berselimut kabut. Menu kuliner yang dituju adalah sate yang terkenal di Puncak yaitu Sate Kiloan, makan dikala dingin, disertai minuman panas dengan memesan sate kambing dan gulai kambing, amboinya.

Puncak, Jawa Barat
Sesudah itu perjalanan dilanjutkan menuju area prospek, dan tentu saja hal tersebut membosankan untuk diceritakan, alasannya...karena itu pekerjaan, siapa yang mau membaca jika ceritanya tentang pekerjaan.

Eh, tetapi ketika singgah ke area Purwakarta. Ada beberapa kejadian mengasikkan, seperti keliling sekitar pegunungan di Purwakarta yang sudah ditambang, dan banyaknya penjual batu hias dengan menggunakan mobil bak, dimana pada saat itu fenomena batu akik sedang syur-syurnya.

Diwaktu yang berbeda, dengan rencana berbeda pula. Kesempatan kali ini digunakan untuk berkeliling kearah selatan dan barat. Lebih tepatnya keliling dari Sukabumi, Lebak, Bayah, Serang dan kembali ke Jakarta.  Sayang sekali menginap di Sukabumi tanpa ada foto-foto yang berkesan, padahal jarang sekali kearah sana. Paginya perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Ratu, dengan target melihat keterdapatan gamping di selatan Ciemas. Tetapi setelah melihat bentuk dari kehadiran gamping didaerah tersebut, kami pun terpaksa balik mobil dan menuju Pelabuhan Ratu kembali. Tentu saja, siapa yang mau melewatkan santapan laut yang segar? Makan siang dengan menu makanan laut. Tetapi, itupun kurang tepat dinamakan makan siang, karena waktunya mendekati ashar. Berarti kenikmatan ini harus dilanjutkan didaerah Pelabuhan Ratu dengan menginap semalam. Asik kan?
Dok Tak Terpakai
Paginya, dengan menikmati sarapan spesial pake telor, kami melanjutkan perjalanan menuju Lebak-Bayah. Dikarenakan informasi peningkatan kegiatan batugamping didaerah ini. Tahap konstruksi sedang dilakukan oleh perusahaan kerjasama antara SCG dengan beberapa perusahaan dan pemerintah. Perusahaan yang mengembangkan komoditi batugamping, dan menyiapkan pelabuhan besar didaerah tersebut. Tentu saja kondisi ini bisa meningkatkan nilai ekonomi bagi warga sekitarnya bukan?

Foto yang ada sekarang adalah conveyor belt, yang membentang mungkin lebih dari 1 km dari Lebak hingga ke Bayah.
Pasir Putih, Pantai Bayah
Bentangan pasir yang membentuk sabit di pantai Bayah, tentu menjadi pesona wisata bagi sebagian orang. Akan tetapi nilai peningkatan wisata nampaknya tidak terlalu berkembang didaerah ini? Salah satu faktor adalah infrastruktur yang belum memadai.

Berikut salah satu foto yang menarik dipesisir pantai Bayah. Sangat-sangat layak untuk menjadi daerah wisata.
Sawah, Karang, Laut, Bayah
Perjalanan berlanjut hingga ke Serang dan kembali ke Jakarta. Priode perjalanan di Jawa Barat, dianggap selesai.

Tetapi tidak dengan geologinya. Jika melihat dari area di Bayah ini, ada persimpangan besar dimana jika kearah kanan/utara, kita bisa menuju bekas eksplorasi dan tambang emas yang terakhir dilakukan oleh Antam, yaitu Cikotok. Sedangkan kearah selatan yaitu daerah Karangmulya dengan dominasi batuan pasir dan beberapa komoditi batubaranya. Jadi dipesisir ketemu batubara, naik mendaki ketemu emas-perak-tembaga, asik kan?

Namun, pola struktur dan kehadiran urat kuarsa-karbonat masih ditemukan dibeberapa lokasi yang dilalui oleh siklus magmatik-volkanik.
Batupasir yang terpotong kuarsa-kalsit, Bayah
Tetapi ada bonus, sebelum menyelesaikan daerah Jawa Barat. Tim diberangkatkan menuju Sumedang, ahaa! Kunjungan untuk melihat prospek tambang selagi bekerja keliling Sumedang! Ya sudah

Sekalian saja mampir meninjau projek Saguling, asik kan?

Perjalanan keliling Jawa Tengah dan Jawa Timur pun dimulai. Tetapi sekali lagi, tidak semua dokumentasi bisa dimunculkan, karena beberapa faktor, salah satunya tidak tersimpan dalam 1 dokumen. Sedih ya.

Perjalanan, di Jawa Tengah melewati area jalur utara, melintas area prospek Ungkal yang sudah ditinjau sebelumnya. Berdasarkan mitos pemilik, diatasnya gunung batu, sedangkan dibawahnya ada mustika liontin yang sebesar anak sapi..ehehe.

Sudah sewajarnya geologist tidak bisa mengiyakan begitu saja pendapat-pendapat yang ada, diperlukan sifat skeptis dalam penilaiannya. Dari informasi terdahulu dan pengamatan lapangan, diketahui bahwa hamparan batu andesit Ungkal hanya lava yang menutupi pasir dan tuf dibawahnya. Serta mengenai kehadiran anak sapi dibawah tanah, mungkin ada. Loh kok mungkin ada!? Kan tuf dan pasir? Produk piroklastik bercampur air maka mungkin kita menemukan sapisaurus, ya kan?

Perjalanan berlanjut ke Semarang, karena baru tiba di Semarang sore hari. Bagi saya tempat ini dulu hanya sepintas lalu saja, tidak pernah disinggahi. Kali ini momen dan suasana yang ingin dinikmati adalah tempat makan dan bersantai di alun-alun kota Semarang, dan simpang lima yang nampaknya tidaklah simpang siur. Saya pun akhirnya sempat beberapa kali kembali menikmati kota ini dikemudian harinya.

Tambak garam dan penangkaran ikan bandeng yang disekitaran Semarang, merupakan geliat ekonomi didaerah ini.
Foto Narsis, Simpang Lima
Memasuki kota Demak yang penuh sejarah, terasa seperti menelusuri lorong sejarah dimana jaman perjuangan dengan penghianatan dalam tubuh berdikarinya nusantara berjalan beriringan. Salah satu saksi lokasi dimana berdirinya tokoh-tokoh islam berjuang adalah Masjid Agung Demak, jika ingin tahu lebih lanjut tentang sejarah Demak silahkan bertanya sama simbah gugel.
Masjid bersejarah, Masjid Agung Demak
Masjid Agung yang terpaksa bertemu dengan kemajuan jaman, yaitu bentangan kabel listrik dan telepon. Berkurang sudah keindahan masjidnya.

Sampai Rembang melewati kota Kudus, kota rokok dan kota bulutangkis. Kegiatan utama hanyalah pengamatan prospek kembali, seharusnya ada foto indah yang mengamati bentang alam antara Rembang dengan Tuban yaitu Cepu, kawasan pesisir. Indah sangat tentunya, tetapi fotonya entah kemana?

Dibandingkan dengan Rembang yang memiliki tambang yang aktif, Tuban belumlah seberapa nilainya dalam kegiatan pertambangan. Hal ini disebabkan letak formasi dengan ciri batas lapisan yang diisi oleh pasir dan sebagian lagi diselingi oleh kalsit. Dengan adanya kejayaan tambang batugamping diantara Rembang dan Tuban, terdapat kehadiran penambangan minyak alam dengan perangkap batugamping dengan pencirinya sendiri.

Setelah berputar-putar dan puas bekerja, kami mencari penginapan di Tuban. Rupanya Tuban tidak mau dikalahkan dengan memiliki kemolekan kota kecil, dengan hadirnya wisata dan kuliner yang layak dinikmati. Sangking nikmatnya, tidak sempat difoto.

Perjalanan berlanjut ke kota Ibu Risma. Sesuai yang diberitakan oleh hampir semua media informasi, kota Surabaya berbenah, dan sangat nampak apik. Pengaturan lalu lintas yang baik, dan penataan serta taman-taman disetiap sudut kota menyebabkan Surabaya dinilai cukup nyaman apabila ditinggali. Sayang tidak bisa difoto karena sedang kebagian nyetir.

Langsung menuju kota Malang, kotanya pelajar dan kotanya wisata. Disini berdiri universitas-universitas terbaik negeri, salah satunya yang saya tahu ya Muhammadiyah.

Malang kedua kalinya berkunjung, dimana pernah berkunjung sebelum tsunami Aceh pada tahun 2005. Kali keduanya, saya sudah sedikit tahu dan berusaha mengingat lokasi-lokasi kunjungan terdahulu. Salah satunya adalah alun-alun seberang stasiun Malang, atau dekat dengan Balaikota Malang. Alun-alun indah dengan sebaran gemerlap lampu hias di tugunya, dan suasana sejuk setelah hujan menyebabkan Malang memang layak untuk dihuni atau bertempat tinggal.
Alun-alun dan Balaikota Malang
Sekali lagi, kuliner adalah keindahan yang layak dinikmati dikota yang mempunyai apel ini. Kuliner dengan suasana kental Jawa Timurnya, sayang untuk tidak difoto bukan? Kali ini tentu ada. Tapi bukan makanannya, hanya serpihannya saja agar terasa kota tua peninggalan Belanda.




Saya sangat menikmati Malang yang sangat Malang untuk ditinggalkan. Perjalanan harus berlanjut untuk pulang ke Jakarta melalui jalur selatan. Yaitu Jogja!

Perjalanan yang mengejar waktu agar bisa istirahat di Jogja malam hari, terbayarkan dengan menikmati malam dan pagi harinya. Kota Jogja bagi saya bukan kota yang asing, karena sudah beberapa kali mendatangi kota pelajar ini. Kunjungan akhir adalah ketika mahasiswa, dengan kebagian kegiatan organisasi sebelumnya. Kali ini, kunjungan dikarenakan bekerja. Sebelum sampai Jogja, tentu saja sedikit mengabadikan momen kunjungan ke waduk Selorejo di Kabupaten Malang. Asiknya..
Waduk Selorejo, Malang
Tiba malam di Jogja, keesokan harinya sedikit momen sebelum menginggalkan Jogja yang penuh kenangan.
Jalan Malioboro
Malioboro yang selalu tampil apik, dan terus berbenah
Gembok Cinta, ohhh
Jogja pun tidak mau kalah pasang gembok untuk pasangan yang kasmaran, tetapi kalau sudah tidak berpasangan lagi, gemboknya diapakan ya? Barangkali yang sudah berpisah, takut lewat sini karena nanti malah BAPER!

Ya, kembali ke Jakarta, karena bekerja dilapangan itu ya seperti itu..Mohon tidak protes, yang anda lihat dan baca diatas, adalah kegiatan bekerja. Sibuk dengan foto, makan, tidur, jalan-jalan. Tidaklah pernah semudah yang anda bayangkan, semua harus dengan konsentrasi tinggi. Buktinya ada beberapa kegiatan yang akhirnya tidak terfoto atau dokumennya terpencar entah kemana.

Mungkin saya butuh liburan, butuh PIKNIK!


WA       +62 812 8843 2164
BBM    5E37ED0C


Komentar